Bandar Narkoba Yang Ditembak Mati
Barda Nawawi, Arif, 2002, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, cetakan kedua, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Effendi, Masyhur, 1994, Dimensi/Dinamika Hak Asasi Manusia Dalam Hukum Nasional dan Internasional, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Effendi, Masyhur dan Taufan Sukmana Evandi, 2010, HAM Dalam Dimensi/Dinamika Yuridis, Sosial, Politik, Bogor: Ghalia Indonesia.
Peraturan Perundang-undangan
Indonesia, Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945
Indonesia, Kitab Undang–Undang Hukum Pidana (KUHP)
Indonesia, Undang–Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen dan Proses Amandemen UUD 1945 Secara Lengkap Pertama 1999 - Keempat 2002, Jakarta: Sinar Grafika, 2003.
Indonesia, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Indonesia, Undang–Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
Indonesia, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pidana Mati
Hari Kundoro, Fajar, Faktor – Faktor Penghambat Pelaksanaan Hukuman Mati Bagi Pelaku Kejahatan Narkoba, Tesis Magister Universitas Indonesia, Jakarta, 2009.
http://klikbelajar.com/pengetahuan-sosial/pengakuan-dan-jaminan-ham-dalam-deklarasi-internasional/ (Diakses Tanggal 19 Agustus 2016 ).
http://regional.kompas.com/read/2016/01/11/14313191/Buwas.Pengguna.Narkoba.di.Indonesia.Meningkat.hingga.5.9.Juta.Orang (Diakses Tanggal 20 Agustus 2016).
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/434190-rentetan-kasus-hukum-freddy-budiman-si-gembong-narkoba (Diakses Tanggal 20 Agustus 2016).
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt56cf393b411a0/apakah-bandar-narkotika-sama-dengan-pengedar (Diakses Tanggal 20 Agustus 2016).
https://www.academia.edu/19630603/HAM_Internasional (Diakses Tanggal 20 Agustus 2016 ).
Pengertian HAM–Hak Asasi Manusia Menurut Para Ahli (http://www.seputarpengetahuan.com/2015/06/9-pengertian-ham-hak-asasi-manusia-menurut-para-ahli.html (Diakses Tanggal 29 Agustus 2016).
Http://[email protected]/KH.BukhoriYusuf, AnggotaDPRRI/Hukuman-Bagi-Pengedar-dan-Penyalahguna-Narkoba/22 23 -10-2013/firefrox.html. document/. (Diakses Tanggl 29 Agustus 2016).
Pendapat Mahfud MD pada harian Seputar Indonesia (SINDO), 19 Oktober 2012. https://saripedia.wordpress.com/tag/hukuman-mati-menurut-undang-undang/ (Diakses Tanggal 30 Agustus 2016).
https://makaarim.wordpress.com/2007/10/22/beberapa-pandangan-tentang-hukuman-mati-death-penalty-dan-relevansinya-dengan-perdebatan-hukum-di-indonesia/ (Diakses Tanggal 31 Agustus 2016).
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4ef039a2d0c28/hak-hidup-vs-hukuman-mati (Diakses Tanggal 31 Agustus 2016).
http://makassar.tribunnews.com/2015/01/18/ini-tata-cara-hukuman-tembak-mati-di-indonesia (Diakses Tanggal 31 Agustus 2016).
http://www.wawasanpendidikan.com/2016/01/pidana-mati-dalam-kuhp-dan-diluar-kuhp.html (Diakses Tanggal 31 Agustus 2016).
Setengah Penghuni Penjara Indonesia Terpidana Kasus Narkoba (https://m.tempo.co/read/news/2016/03/28/063757367/setengah-enghuni-penjara-indonesia-terpidana-kasus-narkoba (diakses Tanggal 31 Agustus 2016).
NTB Scanpix/AFP/Gustav Busch
Beruang kutub tergeletak tak bernyawa setelah ditembak petugas kapal pesiar.
Nationalgeographic.co.id - Seekor beruang kutub ditembak mati setelah menyerang pekerja kapal pesiar di Kepulauan Svalbard, Norwegia, di Samudra Arktika.
Pria yang tidak diketahui namanya tersebut mengalami luka di kepala setelah diserang beruang. Saat itu, ia sedang menemani ekspedisi turis dari kapal pesiar MS Bremen of Hapag-Lloyd.
“Beruang kutub kemudian dibunuh oleh staf lain yang berada di kapal,” kata Ole Jakob Malmo, komisaris polisi, kepada AFP.
Baca juga: Gempa 6,4 SR Guncang Lombok, Lebih dari 60 Gempa Susulan Terjadi
Pihak kapal pesiar mengatakan bahwa tindakan mereka merupakan ‘pertahanan diri’.
“Kami benar-benar menyesali insiden ini,” ujar Moritz Krause, juru bicara Hapag-Lloyd.
Petugas yang terluka diterbangkan dengan helikopter menuju ibu kota Longyearbyen, lalu ke Tromso, pada sore harinya. Pihak rumah sakit mengatakan, keadaan pria berusia 40-an tersebut dalam kondisi stabil.
Kapal persiar Hapag-Lloyd menyatakan, mereka telah memiliki izin dari pemerintah setempat untuk berlabuh.
“Memang hanya ada beberapa tempat di kepulauan tersebut yang bisa didatangi kapal. Biasanya, ketika hewan mendekat, kami langsung berhenti berlabuh,” papar Krause.
Ia menambahkan, perusahaan telah mewajibkan staf untuk memeriksa area tersebut sebelum berlabuh. Ini dilakukan untuk mencegah serangan beruang kutub.
Baca juga: Cacing Gelang Hidup Kembali Setelah Membeku Selama 40 Ribu Tahun
Beruang kutub sendiri telah dilindungi di Norwegia sejak 1973. Menurut sensus 2015, jumlahnya di Svalbard mencapai seribu.
Dalam 40 tahun terakhir, ada lima serangan beruang yang fatal yang tercatat di Svalbard.
Paling baru terjadi pada 2011 lalu, ketika seekor beruang menyerang 14 orang yang sedang berlibur di sana. Remaja Inggris berusia 17 tahun meninggal, dan empat lainnya mengalami luka-luka.
Varuna, Dewa Langit dan Lautan yang 'Ambigu' dalam Tradisi Hindu Kuno
NTB Scanpix/AFP/Gustav Busch
Beruang kutub tergeletak tak bernyawa setelah ditembak petugas kapal pesiar.
Nationalgeographic.co.id - Seekor beruang kutub ditembak mati setelah menyerang pekerja kapal pesiar di Kepulauan Svalbard, Norwegia, di Samudra Arktika.
Pria yang tidak diketahui namanya tersebut mengalami luka di kepala setelah diserang beruang. Saat itu, ia sedang menemani ekspedisi turis dari kapal pesiar MS Bremen of Hapag-Lloyd.
“Beruang kutub kemudian dibunuh oleh staf lain yang berada di kapal,” kata Ole Jakob Malmo, komisaris polisi, kepada AFP.
Baca juga: Gempa 6,4 SR Guncang Lombok, Lebih dari 60 Gempa Susulan Terjadi
Pihak kapal pesiar mengatakan bahwa tindakan mereka merupakan ‘pertahanan diri’.
“Kami benar-benar menyesali insiden ini,” ujar Moritz Krause, juru bicara Hapag-Lloyd.
Petugas yang terluka diterbangkan dengan helikopter menuju ibu kota Longyearbyen, lalu ke Tromso, pada sore harinya. Pihak rumah sakit mengatakan, keadaan pria berusia 40-an tersebut dalam kondisi stabil.
Kapal persiar Hapag-Lloyd menyatakan, mereka telah memiliki izin dari pemerintah setempat untuk berlabuh.
“Memang hanya ada beberapa tempat di kepulauan tersebut yang bisa didatangi kapal. Biasanya, ketika hewan mendekat, kami langsung berhenti berlabuh,” papar Krause.
Ia menambahkan, perusahaan telah mewajibkan staf untuk memeriksa area tersebut sebelum berlabuh. Ini dilakukan untuk mencegah serangan beruang kutub.
Baca juga: Cacing Gelang Hidup Kembali Setelah Membeku Selama 40 Ribu Tahun
Beruang kutub sendiri telah dilindungi di Norwegia sejak 1973. Menurut sensus 2015, jumlahnya di Svalbard mencapai seribu.
Dalam 40 tahun terakhir, ada lima serangan beruang yang fatal yang tercatat di Svalbard.
Paling baru terjadi pada 2011 lalu, ketika seekor beruang menyerang 14 orang yang sedang berlibur di sana. Remaja Inggris berusia 17 tahun meninggal, dan empat lainnya mengalami luka-luka.
78% Daratan di Bumi Jadi Gersang dan Tidak akan Pernah Basah Kembali
Beruang hitam ditembak mati di Oregon karena dianggap terlalu ramah dengan warga sekitar.
Nationalgeographic.co.id – Seekor beruang hitam di-eutanasia oleh petugas satwa liar di Oregon karena dianggap ‘terlalu ramah’ terhadap pengunjung. Diketahui bahwa warga sekitar kerap memberi makan hewan liar tersebut, bahkan melakukan swafoto bersamanya.
Petugas kepolisian mendapat panggilan beberapa kali sejak awal Juni–yakni ketika pertemuan dengan beruang hitam menjadi lebih sering. Mereka pun kemudian memutuskan untuk menembak mati beruang dengan alasan demi keselamatan publik.
Baca Juga: Badak Jantan Terakhir di Malaysia Mati, Bagaimana Upaya Menyelamatkan Sisanya?
Banyak orang datang ke kantor Washington County Sheriff untuk memprotes keputusan tersebut. Mereka menyayangkan mengapa kepolisian memilih untuk menembak mati beruang dibanding mengirimnya ke cagar alam setempat.
“Ini merupakan keputusan sulit yang harus dibuat petugas alam liar di Oregon Departement of Fish & Wildlife. Kami hanya ingin menjamin keselamatan banyak orang. Relokasi bahkan tidak bisa menjadi pilihan. Manusia tidak seharusnya memberikan makan beruang. Sekali lagi, ini situasi yang menyedihkan,” papar pihak kepolisian Oregon menanggapi banyaknya keluhan.
Beruang hitam dengan berat 45 kilogram tersebut diperkirakan berusia dua atau tiga tahun. Beruang hitam Amerika mulai mandiri ketika berumur 18 bulan. Setelah itu, mereka berpisah dengan induknya dan berkeliaran di hutan untuk mencari makanan sendiri. Malangnya, beruang di Oregon ini bertemu dengan manusia.
Masyarakat sering menggunakan makanan untuk menarik perhatian hewan tersebut–sebagian besar karena mereka ingin berfoto bersama beruang. Hal inilah yang meresahkan petugas alam liar karena beruang adalah hewan buas, bukan peliharaan. Manusia tidak seharusnya memberi makan dan bermain dengan mereka.
“Memberi makan akan mengubah hewan liar menjadi ‘pengemis’. Ini membuat mereka memiliki umur yang lebih pendek. ‘Hewan pengemis’ bisa mati karena menelan kemasan makanan.
Baca Juga: Terlalu Banyak Paus Mati Terdampar, AS Kehabisan Tempat untuk Menguburnya
Banyak hewan mati secara perlahan dan menyakitkan karena memakan plastik dan bahan lainnya. Sisanya tertabrak mobil atau menjadi sasaran empuk pemburu,” papar The National Park Service dalam situs mereka.
Sebelum ditembak mati, beruang ini ditemukan polisi bersama dengan sisa-sisa biji bunga matahari dan jagung–sepertinya sengaja ditinggalkan warga sekitar untuknya.
Hecate, Dewi Sihir dalam Mitologi Yunani yang Hidup di Persimpangan Jalan
Seekor beruang kutub ditembak mati polisi setelah muncul di sebuah desa terpencil di Islandia. Alasan polisi menembak mati beruang yakni demi keamanan.
Dilansir detikTravel dari CNN, Jumat (27/9/2024) Kepala Polisi Westfjords Helgi Jensson mengatakan beruang itu diputuskan untuk ditembak mati setelah polisi berkonsultasi dengan Badan Lingkungan Hidup, yang menolak untuk memindahkan hewan itu.
"Itu bukan sesuatu yang ingin kami lakukan. Dalam kasus ini, seperti yang Anda lihat dalam gambar, beruang itu sangat dekat dengan rumah musim panas. Ada seorang wanita tua di sana," kata Jensson.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemilik rumah tersebut berada di sana sendirian, ketakutan dan mengunci diri di lantai atas saat beruang itu mengacak-acak sampahnya. Dialalu menghubungi putrinya di Reykjavik melalui sambungan satelit untuk meminta bantuan.
"Dia tinggal di sana. Dan penghuni musim panas lainnya di daerah itu telah pulang. Jadi dia sadar bahayanya," kata Jensson.
Direktur koleksi ilmiah di Institut Sejarah Alam Islandia, Anna Sveinsdóttir mengatakan beruang kutub bukan merupakan hewan asli Islandia. Namun hewan ini terkadang muncul ke daratan setelah menempuh perjalanan di atas bongkahan es dari Greenland.
Meskipun serangan beruang kutub terhadap manusia sangat jarang, pada tahun 2017 sebuah studi di Wildlife Society Bulletin mengatakan bahwa hilangnya es laut akibat pemanasan global telah menyebabkan lebih banyak beruang lapar datang ke daratan. Sehingga, meningkatkan kemungkinan terjadinya konflik dengan manusia dan menyebabkan risiko yang lebih besar bagi keduanya.
Adapun dari 73 serangan beruang kutub yang terdokumentasikan dari tahun 1870 hingga 2014 di Kanada, Greenland, Norwegia, Rusia, dan Amerika Serikat menewaskan 20 orang dan melukai 63 orang. Dan 15 kasus di antaranya terjadi dalam lima tahun terakhir periode tersebut.
Beruang yang ditembak pada Kamis itu merupakan yang pertama terlihat di Islandia sejak tahun 2016. Penampakannya relatif jarang, dengan hanya 600 yang tercatat di Islandia sejak abad kesembilan.
Kemudian, helikopter penjaga pantai menyurvei area tempat beruang itu ditemukan untuk mencari beruang lain tetapi tidak menemukan satu pun. Setelah beruang yang ditembak itu dibawa pergi, wanita yang melaporkannya memutuskan untuk tinggal lebih lama di desa itu.
Beruang merupakan spesies yang dilindungi di Islandia dan dilarang membunuhnya, namun jika menimbulkan ancaman bagi manusia atau ternak, maka diizinkan untuk dibunuh.
Baca selengkapnya di sini
%PDF-1.6 %¦éÏÄ 1491 0 obj <> endobj xref 1491 42 0000000016 00000 n 0000001233 00000 n 0000001635 00000 n 0000001763 00000 n 0000002239 00000 n 0000002952 00000 n 0000003747 00000 n 0000004585 00000 n 0000005187 00000 n 0000005811 00000 n 0000006563 00000 n 0000007234 00000 n 0000007846 00000 n 0000008250 00000 n 0000008664 00000 n 0000009089 00000 n 0000009200 00000 n 0000009309 00000 n 0000009459 00000 n 0000010029 00000 n 0000010503 00000 n 0000010924 00000 n 0000011353 00000 n 0000011383 00000 n 0000011960 00000 n 0000012470 00000 n 0000012541 00000 n 0000012837 00000 n 0000012934 00000 n 0000037448 00000 n 0000037717 00000 n 0000038336 00000 n 0000066521 00000 n 0000066798 00000 n 0000067333 00000 n 0000089040 00000 n 0000089325 00000 n 0000089756 00000 n 0000114242 00000 n 0000114522 00000 n 0000114956 00000 n 0000001326 00000 n trailer<<952cd5b143472fcedac04f5a5082d204>] >> startxref 0 %%EOF 1492 0 obj <> endobj 1532 0 obj <
Anakonda hijau (Eunectes akayima), ular betina raksasa spesies yang baru ditemukan di Amerika Latin, mati di sungai diduga tertembak. Peneliti yang pernah berenang bersamanya pun berduka.
"BREAKING: dengan rasa sakit hati yang mendalam, saya ingin mengabarkan anakonda hijau besar yang perkasa yang pernah berenang bersamaku ditemukan mati di sungai akhir pekan ini," ungkap Freek Vonk, profesor di VU University Amsterdam, salah satu dari 15 peneliti penemu spesies baru ini, di akun Instagram-nya, dua hari lalu.
Soal penyebab kematian ular sepanjang hampir 7 meter itu, Vonk mengaku "mendengar dari berbagai sumber bahwa dia ditembak mati. Walau begitu, masih belum ada konfirmasi resmi mengenai penyebab kematiannya."
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya sangat sedih dan marah pada saat yang bersamaan! Sungguh kehilangan yang menyedihkan dan tragis. Dan betapa gilanya Anda melakukan ini pada hewan cantik dan unik seperti itu!?" cetus dia, dalam unggahan berbahasa Belanda.
Kematian satwa ini tak jauh dari publikasi jurnal ilmiah soal status spesies barunya di jurnal MDPI yang ditulis oleh 15 periset lintas negara, termasuk Vonk, pada Februari.
Lewat studi bertajuk 'Disentangling the Anacondas: Revealing a New Green Species and Rethinking Yellows' ini, para pakar mengidentifikasi dua kelompok yang berbeda pada anakonda.
Peneliti menggarisbawahi anakonda hijau ini berbeda secara genetik dari anakonda Eunectes murinus.
(Foto: Instagram/@freekvonk)
"Hal ini menyebabkan pengakuan anakonda hijau utara sebagai spesies yang terpisah (Eunectes akayima), berbeda dengan spesies selatannya (E. murinus), anakonda hijau selatan," menurut para peneliti.
"Selain itu, data kami menantang pemahaman saat ini mengenai spesies anakonda kuning dengan mengusulkan penyatuan Eunectes deschauenseei dan Eunectes beniensis ke dalam satu spesies dengan Eunectes notaeus," lanjut mereka.
Saat mengungkap temuan ini, Vonk menjelaskan anakonda hijau yang habitatnya mencakup kawasan bagian utara Amerika Selatan, termasuk Venezuela, Suriname, dan Guyana Perancis, itu punya perbedaan genetik dengan anakonda biasa sebesar 5,5 persen.
Menurut dia, perbedaan genetik itu sangat signifikan. "Sebagai gambaran, manusia dan simpanse hanya berbeda sekitar 2 persen secara genetik," ungkap dia.
Ia pun menggambarkan ular tersebut seperti 'monster' karena memiliki badan setebal ban mobil, dengan panjang 8 meter dan beratnya lebih dari 200 kg, serta kepala sebesar kepala manusia.
Vonk pun terkenang dengan momen berenang bareng dirinya dengan anakonda hijau di dasar sungai, beberapa waktu lalu, yang kemudian viral di media sosial dan televisi internasional.
Saat itu, ia berenang masih dengan menggunakan setelan kemeja dan dasi serta jam tangan.
"Saya tidak akan pernah lupa betapa istimewanya menghabiskan waktu bersamanya di dasar sungai. Saya sangat terkejut ketika melihat betapa besarnya dia! Itu adalah ular terbesar yang pernah saya lihat dengan mata kepala sendiri. Seekor binatang raksasa," serunya.
Ia pun menggarisbawahi sang anakonda tak punya tanda-tanda layak dihabisi secara kejam.
"Saya berenang di sampingnya setidaknya selama satu jam. Dan hal yang menarik adalah dia tampak sama sekali tidak terganggu dengan kehadiranku."
"Satu-satunya hal yang menunjukkan bahwa dia memperhatikanku adalah kenyataan bahwa dia kadang-kadang menjulurkan lidahnya untuk menghirup sejumlah aroma untuk mencium apa yang sedang terjadi. Selain itu, dia hanya melakukan urusannya sendiri," tutur Vonk.
"Dia benar-benar ular yang tangguh, unik, dan dia tidak pantas menerima [kematian dengan cara seperti] ini..." cetusnya.
Sang periset pun mengungkap polisi masih menyelidiki kasus kematian ular istimewa ini.
"Saya berharap pelakunya ditemukan dan diadili, karena tindakan seperti ini harus dihukum berat. Saya memahami bahwa penyelidikan polisi skala besar sedang dilakukan di tempat dia ditemukan, semoga kejelasan lebih lanjut akan segera muncul," urainya.
"Ssaya hanya bisa bersedih melihat betapa manusia seolah-olah terus-menerus merusak alam tanpa tujuan. Itu sangat tidak berguna dan sangat mematikan dan merupakan dosa besar..." tandasnya.